A. PERJUANGAN FISIK DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
Pada tanggal 8 September 1945 tentara sekutu tiba di Indonesia. Kedatangan tentara Sekutu
di Indonesia disambut baik oleh rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti
senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan Jepang, dan mencari penjahat
perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu diboncengi orang-orang
Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk membuat pemerintahan
sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil Administration).
Tindakan tersebut mendapat perlawanan dari para pejuang Indonesia.
1. Pertempuran 10 November
Tentara Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Brigadir Jenderal
A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu penjara
republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu. Pada tanggal 28
Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh
rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan itu, pasukan Sekutu terjepit.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat
yang telah dikuasai Sekutu.
Pada
tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank
International, tepatnya di Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen
Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945,
pimpinan sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum itu
adalah: “Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus
melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah
ditentukan, kemudian menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas
waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945.
Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan
diserang dari darat, laut, dan udara”.
Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu, pecahlah
pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Salah satu pemimpin
arek-arek Surabaya, antara adalah Bung Tomo. Untuk memperingati
kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan tanggal 10
November sebagai Hari Pahlawan.
2. Bandung Lautan Api
Tentara Sekutu memasuki Kota Bandung
pada Oktober 1945. Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya
agar para pemuda menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang.
Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pemuda. Pada 23 Maret
1946, pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Isinya agar Kota
Bandung bagian selatan segera dikosongkan. Para
pejuang yang dipimpin Kolonel A.H. Nasution sepakat untuk mematuhi
ultimatum demi keselamatan rakyat dan kepentingan politik pemerintah RI.
Sebelum
meninggalkan Kota Bandung, para pejuang membumi hanguskan Kota Bandung.
Pada malam hari 23 Maret 1946, gedung-gedung penting dibakar. Peristiwa
tersebut dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Dalam peristiwa tersebut,
gugur seorang pejuang Mohammad Toha.
3. Pertempuran Medan Area
Pasukan
Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat
di Medan (Sumatera Utara) pada tanggal 9 Oktober 1945. Para pemuda
dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada
tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali,
Medan. Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang
dirampas dari seorang pemuda. Pada tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris
memasang papan-papan pengumuman bertuliskan “Fixed Boundaries Medan
Area.” Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas
kekuasaan mereka. Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan
Area.
4. Pertempuran Ambarawa
“Pertempuran
Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Pada tanggal 21 November 1945 terjadi pertempuran, dalam
pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Pimpinan pasukan
kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima Divisi Banyumas.
Pada 12 sampai 15 Desember 1945 terjadi
pertempuran hebat yang dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Sekutu dapat diusir ari Ambarawa. Peristiwa ini
diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya Untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari Infanteri.
5. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pada
tanggal 15 — 20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran hebat
antara pejuang Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali
dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum di Candi, Semarang
diracun oleh Jepang. Untuk membuktikan kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala
laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat melakukan pemeriksaan. Pada saat
melakukan pemeriksaan, ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur. Dengan
gugurnya Dr. Karyadi kemarahan rakyat khususnya pemuda tidak dapat
dihindarkan dan terjadilah pertempuran yang menimbulkan banyak korban
jiwa. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Tugu Muda.
Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah
Sakit Umum di Semarang.
6. Perang Puputan di Bali
Perang
Puputan di Bali dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai
dan pasukannya, Ciung Wanara. Pertempuran ini dimulai April 1946 di
Denpasar. Mereka bertahan di Desa Marga. Di daerah ini pasukan I Gusti
Ngurah Rai mengadakan perang habis-habisan (Puputan). Akhirnya I Gusti
Ngurah Rai dan sebagian besar pasukannya meninggal. Perang ini juga
disebut pertempuran Margarana (18 November 1946).
B. PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
1. Perundingan Linggajati
Dalam upaya perdamaian, Inggris
mempertemukan Belanda dan Indonesia di Linggajati, sebelah Selatan
Cirebon (sekarang Kabupaten Kuningan), Jawa Barat. Dalam perundingan ini
Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir, Belanda diwakili
oleh Van Mook.
Hasil perundingan ditandatangani pada 25 Maret 1947. Isinya sebagai berikut.
(1) Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura.
(2) Republik Indonesia bersama Belanda bekerja sama membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
(3) Bersama-sama membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2. Agresi Militer Belanda I
Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I. TNI
melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya.
TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan
di jalan raya.
Untuk
menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi
yang dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah
menghentikan sengketa RI-Belanda. Indonesia
diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika
Serikat sebagai penengah. Adapun delegasinya adalah sebagai berikut!
a. Australia, diwaktli oleh Richard Kirby
b. Belgia, diwakili oleh Paul Van Zeland
c. Amerik.a Serikat, diwakili oleh Dr. Frank Graham.
3. Perjanjian Renville
Pada
tanggal 8 Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville"
yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta diadakan perjanjian Renville.
Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing
anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.
1) Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2) Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5) Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Perjanjian
Renville sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayahnya makin
sempit. Isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
(1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
(2) Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal.
(3) RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
(4) Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
4. Agresi Militer Belanda II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan
bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19
Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota
Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta.
Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke
Pulau Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr.
Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan
ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi "Janur
Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam
penyerangan ini Tentara Republik Indonesia dalam serangan ini berhasil
menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.
C. PERUNDINGAN DALAM USAHA PENGAKUAN KEDAULATAN
Indonesia
telah beberapa kali mengadakan perundingan dengan Belanda. Namun,
perjanjian itu selalu dilanggar oleh Belanda. Selanjutnya, komisi PBB
untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Comission for Indonesia)
mempertemukan kembali Belanda dengan Indonesia di meja perundingan.
1. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian
Roem-Royen ditandatangani di Jakarta pada 7 Mei 1949. Pihak Indonesia
dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dengan anggota Drs. Moh. Hatta dan Sultan
Hamengkubuwono IX, sedangkan Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Isi
perjanjian Roem-Royen sebagai berikut.
(1) Penghentian tembak-menembak antara Indonesia dan Belanda.
(2) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
(3) Pembebasan para pemimpin RI yang ditahan Belanda.
(4) Segera mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda.
2. Konferensi Inter-Indonesia (KII)
KII
diadakan oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu antara delegasi RI dan
BFO (Bijeen komstvoor Federal Overleg). Dalam konferensi ini delegasi RI
dipimpin Drs. Moh. Hatta. BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Tujuan konferensi ini untuk mempersatukan pendapatan yang akan diperjuangkan dalam KMB.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada 12 Agustus hingga 2
November
1949 di Den Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh.
Hatta. Delegasi Negara Federal atau BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II.
Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen. Dari UNCI sebagai pengawas dan penengah diwakili oleh Chritchley. Hasil perjanjian KMB sebagai berikut.
1) Dibentuknya Negara Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
2) Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda.
3) Irian Barat akan diserahkan kepada RIS setahun setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda
D. MENGHARGAI BEBERAPA TOKOH PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
1. Ir. Soekarno
Pada saat Agresi Militer Belanda I, pada 19 Desember 1948, Ir. Soekarno ditangkap dan diasingkan ke Bangka.
2. Drs. Mohammad Hatta
Beliau selalu tampil di berbagai perundingan
dalam penyelesaian masalah pengakuan kedaulatan RI. Bung Hatta selalu
`berusaha memperbaiki ekonomi rakyat. Atas gagasan beliaulah di
Indonesia didirikan koperasi
sehingga mendapat julukan sebagai bapak koperasi Indonesia. Pada 1
Desember 1956, Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden
RI.
3. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang raja. Ia juga sebagai pemimpin
perjuangan bangsa dalam menghadapi serbuan Belanda. Pada 19 Agustus 1945, ia menyatakan bahwa Yogyakarta yang berbentuk kerajaan itu menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.
Pada
serangan umum 1 Maret 1949, Sultan Hamengkubuwono IX membantu TNI
dengan membangun kubu pertahanan di dalam keraton sebagai tempat
persembunyian. Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga turut berperan dalam
menandatangani hasil KMB di Belanda.
Dalam
sidang kabinet pertama RI pada 13 Juli 1949, beliau terpilih sebagai
Menteri Koordinator Pertahanan. Jabatan penting lain yang pernah
dipegang, antara lain wakil perdana mentri, Ketua Badan Pengawas
Keuangan, dan Menteri Utama bidang Ekonomi dan Keuangan.
4. Panglima Besar Soedirman
Peranan
Jenderal Sudirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
sangat besar. Sebagai Panglima TKR, Divisi V Banyumas, Sudirman
memimpin Pertempuran Ambarawa dan berhasil mengusir tentara Inggris.
Pada tanggal 18 Desember 1945, Sudirman diangkat oleh menjadi Panglima
Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar